Hendri Kampai: Pemimpin Sejati Meninggalkan 'Legacy', Bukan Janji, Apalagi Hutang

    Hendri Kampai: Pemimpin Sejati Meninggalkan 'Legacy', Bukan Janji, Apalagi Hutang

    PEMERINTAHAN - Ada sebuah cerita yang melintasi zaman, tentang seorang pemimpin yang tidak meninggalkan catatan janji atau lembaran hutang ketika langkahnya tak lagi menjejak bumi. Bukan karena ia sempurna, melainkan karena ia paham bahwa memimpin bukan soal kata-kata yang manis atau program spektakuler tanpa arah.

    Pemimpin sejati adalah penenun visi. Ia menenun benang-benang harapan rakyatnya menjadi kain kenyataan yang dapat dikenakan bersama. Dalam setiap langkah, ia meninggalkan jejak bukan sekadar janji yang mudah ditiup angin.

    Mari kita lihat satu kisah. Di sebuah desa kecil, seorang pemimpin lokal tidak menjanjikan perubahan besar. Namun, ia membangun sumur-sumur air bersih, memperbaiki jalan setapak, dan mendirikan sekolah sederhana. Saat ia meninggalkan jabatannya, warisan itu tetap hidup. Anak-anak belajar di sekolah yang ia dirikan. Air bersih masih mengalir dari sumur yang ia gali. Jalan setapak yang ia perbaiki menjadi jalur yang memudahkan orang desa menjual hasil panen mereka. Ia tidak meninggalkan hutang, tidak juga janji kosong yang menguap bersama waktu. Ia meninggalkan sesuatu yang dapat dirasakan, digunakan, dan diteruskan oleh generasi berikutnya.

    Sebaliknya, berapa banyak pemimpin yang menjadikan janji sebagai alat meraih hati rakyat, namun tidak pernah memberikan wujud nyata? Mereka seperti ilusi oase di padang pasir. Ketika didekati, yang tersisa hanyalah kekecewaan. Lalu, hutang? Ah, ini lebih menyakitkan. Hutang bukan hanya beban kertas yang dicetak angka, tapi juga beban moral bagi generasi mendatang yang tidak pernah meminta tapi harus membayar.

    Pemimpin sejati tahu bahwa warisan terbaik bukanlah monumen tinggi yang namanya terukir di batu, tetapi kehidupan rakyat yang lebih baik tanpa ia harus disebutkan lagi. Seperti pohon besar yang menaungi, ia membiarkan karya-karyanya berbicara lebih keras daripada suaranya sendiri.

    Dalam renungan terakhir, seorang pemimpin harus bertanya pada dirinya sendiri: Apa yang aku tinggalkan? Janji yang memudar, hutang yang membebani, atau warisan yang menginspirasi? Jawaban atas pertanyaan itu adalah jejak keabadian seorang pemimpin sejati.

    Jakarta, 01 Desember 2024
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai pemimpin sejati legacy janji hutang
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Utopia Indonesia, Visi Indonesia...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Selamat Hari Ibu, Harga Barang Naik Sudah Menunggu di Tahun Baru
    Hendri Kampai: PPN Naik, PPh Dibiarkan, Beban Rakyat Kecil Bertambah, yang Kaya Tetap Nyaman
    Hendri Kampai: Penolakan Terhadap PPN 12% Menjadi Bola Salju Perlawanan Rakyat
    One Day ATLAS: Komitmen Auditor Indonesia Meningkatkan Kompetensi dan Inovasi di Era Digital
    Hendri Kampai: Mahalnya Biaya Pendidikan, Kebodohan Rakyat yang Sengaja Dipelihara

    Ikuti Kami