PENDIDIKAN - Perkenalan saya dengan Doktor Honoris Causa atau Dr ( HC) adalah dengan gelarnya Buya Hamka, bahkan beliau juga Profesor Honoris dari berbagai perguruan tinggi, baik dari dalam mau pun luar negeri. Pencapaian tertinggi sebagai seorang akademisi. Membanggakan!
Banyak karya ilmiah dan akademis yang memberikan dampak terhadap umat, baik bagi umat Islam maupun Umat agama lainnya.
Baca juga:
Ustadz Adi Hidayat: Rahasia Shalat 5 Waktu
|
Buya Hamka aktif sebagai seorang sastrawan. Banyak novel dan roman sudah lahir dari tulisannya, bahkan sudah difilmkan beberapa di antaranya. Mulai dari "Si Sabaria, " sampai dengan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck."
Selain karya-karya sastra Buya Hamka juga menghasil satu karya fenomenal di bidang agama Islam, yaitu Tafsir Al Qur'an, yang beliau tulis selama berada di penjara sebagai tahanan politik saat rezim Soekarno. Tafsir itu beliau namakan Tafsir Al Azhar, yang sampai saat ini menjadi rujukan ustadz dan alim ulama di Indonesia.
Beliau juga guru, seorang dosen dan pengajar terutama di bidang tasawuf, filsafat, dan tafsir Al Quran. Menjadi tauladan dan dikagumi oleh baik dari umat yang seagama maupun umat yang beda agama.
Ceramahnya mencerahkan, tidak ada kata yang menyerang atau pun menyudutkan pihak mana pun. Isi ceramah mudah dicernah, gampang dipahami, dan bisa dijalani. Luarbiasa, sangat berpengaruh dan memberikan dampak bagi kemaslahatan umat. Sesuai dengan Doktor dan Profesor Honoris Causa yang beliau sandang, kecerdasan dan karya akademis di atas rata-rata.
Beda sekali dengan Dr (HC) zaman now. Sangat mudah dan terlalu banyak tersangkut di depan nama-nama public figure karena dengan bangga mencantumkannya di depan nama mereka.
Setiap kali saya menemukan seseorang yang menyandang gelar Dr (HC), tanpa sadar saya langsung mencari tahu apa " Honoris Causa" dari Doktor public figure ini. Apa karya prestatif yang membuatnya layak menyandang gelar Doktor Honoris Causa atau Dr (HC). Harusnya mudah untuk ditemukan alasan untuk menjadi honoris, tapi "Tak Semudah Itu Ferguso, " candaan anak buah saya saat saya bercerita dengan dia tentang apa yang sedang saya cari.
Apakah Dr (HC) ini sebuah gelar akademis atau gelar gratis tanpa karya akademis, atau hanya sebuah gelar humoris, atau karena dia lucu, maka dia diberi Doktor Humoris Causa, Dr (HC).
Jakarta, 19 April 2024
Baca juga:
Ustadz Abdul Somad: Cara Bersyukur
|
Hendri Kampai (Akademisi dan Jurnalis Senior)